Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

Kamis, 18 Oktober 2012

5 Prinsip dalam Menyikapi Faham Islam Liberal



Agama atau "dien" di dalam Bahasa Arab berarti aturan yang dipatuhi dan dijadikan sebagai jalan hidup. Ber-agama, katakanlah beragama Islam, itu artinya kita memilih dan menjadikan Islam yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , sebagai pedoman atau jalan hidup yang kita tempuh dan kita patuhi selama menjalani kehidupan di dunia ini. Kita patuhi segala aturan dan ajarannya dengan penuh kesadaran, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan kolektif (masyarakat). Memilih Islam sebagai jalan hidup itu juga berarti kita rela dengan segala konsekwensinya, kita yakini dengan sepenuh hati dan penuh kesadaran jiwa dan akal akan apa yang diperin tahkan kepada kita untuk diyakini, dan kita laksanakan semua perintah-perintahnya dengan penuh kesadaran pula, dan kita jauhi larang-larangnya dengan penuh keikhlasan dan ketulus-an hati kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala . 

Maka seorang muslim yang baik adalah muslim yang selalu memelihara dan menjaga komitmennya kepada keyakinannya, dan tetap berpegang teguh kepada pendirian dan keyaki-nannya sebagaimana tercermin di dalam ajaran Islam yang ia anut, apa pun resikonya. Itulah arti dari memilih Islam sebagai agama dan the way of life (jalan kehidupan).

Berikut ini beberapa prinsip dasar yang harus tetap kita yakini dan kita pelihara di tengah dahsyatnya kecamuk golombang pemikiran yang sesat dan menyesatkan yang dihembuskan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam lingkaran syetan JIL (Jaringan Islam Liberal), pengusung faham Islam Inklusif atau pun Pluralisme, mereka berkeyakinan, bahwa semua agama adalah sama, tidak boleh mengatakan agama sendiri (Islam) yang benar, sebab semuanya adalah benar, semua menuju Tuhan, hanya penamaan Tuhan dan cara beribadahnya saja yang berbeda. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar agama Islam, mudah-mudahan kita tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh syubhat/kerancuan yang mereka lontarkan, insya Allah.

Prinsip-prinsip dasar yang dimaksud yakni:
  • Prinsip pertama; Kita meyakini dengan sepenuh hati dan seyakin-yakinnya, bahwa hanya Allah yang berhak kita sembah. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Tidak ada sesuatu apa pun yang menyerupai-Nya.

    Prinsip ini jelas manafikan segala macam sesembahan dan obyek ibadah selain Allah, maka penamaan Tuhan (ilah) yang tidak berdasarkan keterangan yang dijelaskan sendiri oleh Allah dan Rasulullah adalah batil. Itu tidak lebih sebagaimana yang dikatakan Allah "asma' sammaitumuha antum wa abaukum" sebutan (nama-nama) Tuhan yang kalian dan moyang kalian julukkan, sama sekali tidak ada hujjah dan sulthan (kekuatan argumen) atasnya.

    Oleh karena itu, menamakan Allah dengan nama Brahma atau Kristus misalnya, serta beribadah kepadanya, maka jelas merupakan kebatilan, karena yang demikian bertentangan dengan prinsip tauhid atau keesaan Allah. Berbeda halnya ketika umat Islam menyebut ar-Rahman atau ar-Rahim, maka yang dituju dan dimaksud tetap Allah juga, karena Allah sendiri telah menyatakan, bahwa Dirinya memiliki nama demikian. Di samping itu, ada masalah yang lebih prinsip lagi yaitu, bahwa masing-masing penyebutan Tuhan di dalam setiap agama memiliki konsep, persepsi dan kaidah yang berbeda-beda yang jelas tidak mungkin bersatu dengan konsep ketauhidannya kaum muslimin. Maka menyamakan prinsip ketuhanan antara Islam dengan agama-agama yang lain, berarti menyamakan Allah dengan ilah-ilah yang lain atau kalau itu diisti-lahkan dalam Bahasa Arab namanya syirik alias menyekutukan Allah.
  • Prinsip ke dua ; Kita yakini, bahwa satu-satunya jalan keselamatan yang dapat mengantarkan kita kepada keridhaan Allah adalah menempuh jalan hidup di atas ajaran Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, Shalallaahu alaihi wasalam .

    Memegang prinsip ini berarti menolak tata cara ibadah yang tidak berdasarkan tuntunan yang dibawa oleh Rasulullah , maka tidak berlaku slogan banyak jalan menuju Roma, namun yang berlaku adalah beribadah hanya kepada Allah dengan cara yang telah diajarkan Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam, inilah makna syahadat la ilaha illallah Muhammad Rasulullah. Orang Islam tidak akan mungkin menyembah Allah di Pura dengan tata cara ibadah Hindu, meskipun dengan menyebut nama Allah, atau menyembah dewa Brahma, Kristus di dalam masjid. Demikian pula orang Hindu tidak akan mungkin melakukan shalat di masjid, meskipun dengan menyebut Tuhan mereka. Jika hal itu sampai dilakukan oleh seorang muslim, maka persaksian la ilaha illallah Muhammad rasulullah dengan sendirinya gugur dan batal, maka pengakuan seribu kali sebagai muslim pun tidak berlaku sebelum ia betaubat serta meninggalkan sesembahan selain Allah dan cara ibadah yang di luar Islam itu.

    "Sesungguhnya agama (yang diterima) di sisi Allah adalah Islam". (Ali Imran: 19)
    "Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali Allah tidak akan menerimanya, dan ia di akhirat kelak termasuk orang-orang yang merugi". (Ali Imran: 85)
    "Pada hari ini telah Kusempurna-kan bagimu agamamu dan telah Kusem-purnakan atasmu karunia-Ku dan Aku ridha Islam sebagai agama bagi kamu". (al-Ma'idah: 3)
  • Prinsip ke tiga; Kita yakin dengan sepenuh hati, bahwa Islam telah mewakili dan sekaligus meng-hapus (muhaiminan `alaih) agama-agama yang pernah diturunkan Allah sebelumnya.

    Dan sebaliknya kita pula meyakini, bahwa agama lain sama sekali tidak dapat dijadikan sebagai jalan menuju keselamatan, sekalipun kata pemeluk-nya merupakan jalan menuju kesela-matan. Karena al-Qur'an, kitab suci kita menginformasikan kepada kita, bahwa ajaran dan kitab suci agama-agama terdahulu (baca: Taurat dan Injil) telah tidak sempurna, mengalami perubahan substansial, diselewengkan (tahrif). Yang demikian itulah yang diajarkan oleh agama Allah. Dan kita wajib meyakini, bahwa siapa saja yang tidak beriman kepada Islam, Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam, dan keesaan Allah (tauhid) yang diajarkan oleh para nabi, adalah kafir dan tempatnya di neraka. Sebab Allah Subhannahu wa Ta'ala. dan Rasul-Nya telah menyatakan demikian!

    "Demi Allah yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman-Nya, tiada seorang Yahudi ataupun seorang Nasrani yang mendengar seruanku ini, lalu ia mati (padahal) tidak beriman kepada ajaranku, melainkan ia adalah penghuni neraka." (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

    Nabi Shalallaahu alaihi wasalam telah mengisyaratkan bahwa siapa saja dari umat yang dia dakwahi dan atau ia mendengarkan dakwah tersebut, namun tidak mau beriman dengan risalah yang beliau bawa, maka dia pasti menjadi penghuni neraka, tidak peduli Yahudi atau Nashrani.

    Akan tetapi, meskipun kita meyakini, bahwa Islam adalah jalan satu-satunya yang dapat mengantarkan kita kepada keselamatan, ia tidak boleh dipaksakan kepada non muslim untuk meyakini dan mengamalkan ajarannya, apalagi memaksa mereka supaya memeluknya. Sebab Allah telah menegaskan, “Tidak ada paksaan di dalam agama". Namun tugas yang diembankan kepada kita, yaitu me-nyampaikan dan menyosialisasikan ajaran Islam adalah harus dan wajib kita lakukan dengan penuh hikmah, pelan-pelan dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk merenung dan berproses secara bertahap.
  • Prinsip ke empat ; Kita wajib mengafirkan mereka (non muslim) atau menyebut mereka sebagai orang kafir.

    Karena Allah telah menyatakan kekafiran mereka, sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari Ahlu Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang musyrik, bahwa mereka tidak akan meninggalkan agamanya sebelum datang kepada mere-ka bukti yang nyata". (al-Bayyinah:1)

    "Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata "sesungguhnya Allah itu ialah "Almasih putra Maryam". (al-Ma`idah: 72).
    Demikian pula tentang aqidah trinitasnya kaum Nashara, Allah telah menjelaskan dengan gamblang,
    "Sesungguhnya kafirlah orang- orang yang mengatakan (berkeyakinan) bahwasanya Allah itu salah satu dari yang tiga". (al-Ma`idah:73).

    Meragukan kekafiran mereka adalah bentuk ketidakpercayaan kepada Allah dan firman-Nya dan wujud ketidakberimanan kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. Maka dari itu para ulama menegaskan, bahwa di antara penyebab seseorang itu murtad, keluar dari Islam adalah "Tidak mengafirkan atau meragukan kekafiran orang-orang kafir", yaitu mereka yang dinyatakan oleh Allah sebagai orang kafir.
  • Prinsip ke lima ; Kita tidak boleh melakukan tindakan tidak beradab, anarkisme, pembunuhan, perusakan dan kekerasan terhadap siapa pun, terhadap orang muslim ataupun orang kafir.

    Selagi orang-orang kafir itu tidak mengganggu atau memerangi kita dalam bentuk apa pun. Bahkan sebaliknya Allah menganjurkan kepada kita agar kita berbuat baik dan berlaku adil terhadap mereka.
    "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang (kafir) yang tidak memerangimu, karena agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesung-guhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku Adil". (al-Mumtahanah: 8)

    Rasulullah, Shalallaahu alaihi wasalam pun telah bersabda: "Barang siapa yang mengganggu seorang kafir dzimmi, maka aku adalah musuh-nya di Hari Kiamat kelak". (al-Hadits).

Begitu indahnya ajaran Islam yang kita anut ini! Ajarannya penuh dengan keadilan, kesejukan, keramahan dan ketegasan. Betapa indahnya eksklusifisme yang diajarkannya kepada kita! Ia mengajak kita supaya menjadi muslim yang eksklusif! Muslim yang benar-benar menampakkan jati diri, tidak mengkaburkan diri namun adil dan menjunjung tinggi nilai-nilai budi pekerti yang luhur.

Eksklusif tapi tidak anarkis. Eksklusif tapi tidak memaksakan kehendak! Eksklusif tapi tetap bersikap baik terhadap siapa pun selagi tidak disakiti, tidak diganggu dan tidak diperangi! Eksklusif tapi adil! Eksklusif tapi tegas! Eksklusif tapi toleran dengan tidak mencampur baurkan ajaran agamanya dengan ajaran agama lain!

Jika demikian, maka kita kaum muslimin harus bangga dengan Islam yang kita anut, harus bangga menjadi seorang muslim yang eksklusif. "Katakanlah, saksikan, bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang Islam!".

Read More......

Selasa, 02 Oktober 2012

Ratusan menghadiri pemakaman gadis Yanbu dibunuh



   | É PDF Send to Friend Print News |  A A

ARAB NEWS
Minggu 30 September 2012
JEDDAH: Ratusan warga berpartisipasi dalam penguburan Tala Al-Shehri dan membayar belasungkawa kepada orang tua dari gadis yang diduga dibunuh oleh pembantu rumah tangga pada hari Rabu di Yanbu. Doa pemakaman dilakukan pada Jumat di Masjid Omar bin Abdulaziz. 
Pelayan mengaku membunuh gadis dalam penyelidikan polisi awal. 
Almarhum dimakamkan di kuburan Geem 16 daerah. Madinah Pangeran Abdulaziz bin Gubernur Majed menghadiri pemakaman dan mengunjungi keluarga berduka setelah sholat Maghreb.Gubernur duduk dengan ayah almarhum dan menyatakan kesediaannya untuk membantu keluarga dengan apa yang mereka butuhkan. 
Majikan ayah Saudi Aramco juga telah mengirimkan sejumlah karyawan untuk menindaklanjuti urusan keluarga yang dirugikan dan membantu mereka saat pemakaman. 
Ayah Tala Khalid Al-Shehri mengatakan ia tidak tahu tentang kematian putrinya sampai ia terbangun di rumah sakit. Ia terlibat dalam kecelakaan pada hari yang sama kejahatan itu terjadi. "Belum pernah saya harapkan ini dari seorang wanita yang bekerja untuk saya selama bertahun-tahun. Tapi saya percaya pada Qadar (takdir Allah). " 
Dia mengatakan dia tidak pernah melihat perilaku buruk di pembantu selama bertahun-tahun dengan keluarganya. "Ketika istri saya menelepon dan mengatakan kepada saya dia tidak bisa membuka pintu apartemen (pembantu dan putri berada di dalam dan ibu guru baru saja tiba dari tempat kerja) karena terkunci dari dalam, saya pikir ada sesuatu yang salah tetapi tidak pernah diharapkan bahwa dia membunuh anak saya. " 
Tala memiliki tiga saudara perempuan. Yara dan Lama berada di sekolah menengah dan Jana adalah di sekolah dasar. Ketiga adalah dengan ibunya ketika ia memasuki rumah dengan Pertahanan Sipil pada hari Rabu. Ibu runtuh dan dipindahkan ke rumah sakit bersama dengan anak perempuan yang berada di shock. 
Sebuah delegasi dari Komisi Hak Asasi Manusia di Makkah berpartisipasi dalam pemakaman dan bertemu dengan keluarga. Sebelum membayar belasungkawa kepada keluarga, delegasi mengunjungi Penjara Yanbu dan berbicara kepada pembantu rumah tangga yang hanya mengatakan ibu "tidak menyukainya" dan tidak ada lagi. Dia muncul dalam kesehatan yang baik. 
Ibu Tala mengatakan hubungannya dengan pelayan yang baik dan keluarga diperlakukan kanannya.Dia telah menerima semua gaji nya. 
Sebuah sumber polisi mengatakan pembantu telah benar-benar pulih dari efek mengkonsumsi deterjen dalam usaha bunuh diri setelah pembunuhan itu

Read More......

Minggu, 19 Agustus 2012

Muhasabah Paska Ramadhan

Adopted from Yusuf Mansyur Network.

Detik-detik perginya tamu agung nan suci ini, adalah layak kita mempertanyakan kembali dengan serius kepada setiap pribadi kita, “sudahkah kita meraih predikat takwa yang dijanjikan Allah bagi orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, atau minimal sudah melekat kah pada diri dan masyarakat kita sebagian dari karakteristik orang-orang yang bertakwa(muttaqiin)?”. Sejatinya, yang bisa memutuskan seseorang sudah meraih gelar takwa atau belum memang hanyalah Allah Swt. Namun begitu, beberapa indikator bisa kita jadikan pegangan untuk menilai pribadi kita pasca Ramadhan nanti. Artinya, meski yang menilai seseorang sudah meraih predikat takwa atau belum hanya Allah, namun kita telah diberikan petunjuk untuk menilai diri kita dengan patokan mendekati dan mengarah kepada para Nabi dan Shahabatnya sebagai manusia yang pasti ketaqwaannya

Apakah karakteristik yang Allah sebut dalam Alquran melekat erat pada diri pribadi orang-orang yang meraih derajat muttaqin sudah melekat pada diri kita?. Dan tulisan ini hanya mencoba mengajak kita semua untuk bertafakkur dan bermuhasabah tentang sejauh mana kualitas ibadah puasa Ramadhan yang saban tahun kita kerjakan. Bukan untuk menilai sesorang belum bertakwa atau sudah meraih derajat mulia tersebut.

Para ulama mendefinisikan takwa ini dengan ungkapan: “Menaati Allah dan tidak maksiat, selalu berdzikir dan tidak lupa, senantiasa bersyukur dan tidak kufur”. Dari definis ini kita bisa berkesimpulan, bahwa takwa adalah kalimat yang singkat namun kaya makna, mencakup seluruh tuntunan yang dibawa Islam; akidah, ibadah, muamalah dan akhlak. Dan takwa bukanlah kalimat yang hanya sekedar diucapkan, atau hanya sekedar klaim tanpa bukti. Tapi takwa adalah perbuatan dalam rangka ketaatan kepada Allah dan tidak melakukan maksiat kepada-Nya.

Pada prinsipnya, puasa Ramadhan akan selalui ditandai dengan transformasi dalam diri pelakunya serta masyarakat sekitarnya dengan mengalirnya amal saleh yang tiada putus-putusnya serta berbagai perbuatan terpuji lainnya. Bila setelah Ramadhan seseorang selalu berbuat baik, serta bisa memberikan sumbangsih untuk perubahan masyarakat di sekitarnya sampai ia menghadap Allah Swt, maka jelas ia akan tergolong kelompok manusia yang meraih gelar takwa dan pahala yang akan kelak ia dapatkan adalah surga.

Dan sebaliknya, jika setelah melaksanakan ibadah Ramadhan seseorang masih seperti sebelum melaksanakan Ramadhan maka bisa dipastikan Ramadhannya tidak berkah dan ia gagal meraih predikat takwa. Namun begitu, kita memang tidak bisa menilai apakah seseorang itu benar-benar mencapai gelar takwa atau tidak. Itu hak Allah. Namun kita bisa mengenali ciri-ciri orang yang meraih gelar takwa antara lain adalah; terjadinya perubahan pribadi ke arah yang positif. Perubahan ini mencakup hubungan vertikal (dengan Allah) dan horizontal (dengan lingkungan sekitar), juga mencakup kualitas ibadah jasmani dan rohani.

Sebagian dari dampak ibadah puasa Ramadhan bagi pelakunya adalah terjadinya perubahan kualitas perilaku ke arah yang lebih baik dan lebih terpuji. Indikator diraihnya gelar takwa pasca Ramadhan adalah jika pelakunya patuh melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt dan meninggalkan apa yang dilarangNya, baik semasa Ramadhan maupun nanti pasca Ramadhan. Ada banyak kriteria orang yang bertakwa yang disebutkan dalam Alquran maupun sunnah. Diantara kriteria tersebut adalah, beriman, senantiasa mendirikan shalat, menunaikan zakat/menafkahkan sebagian harta, selalu menepati janji, sabar, selalu berdo’a kepada Allah, benar, tetap taat dan mengingat Allah, selalu beristighfar(meminta ampun) dan taubat kepada Allah dari semua dosanya. Disamping itu, menahan amarah, suka memaafkan, selalu berbuat baik, tidak melakukan perbuatan keji, shalat tahajjud, amalan-amalan tersebut selalu dilakukan oleh yang bertakwa.

Kriteria berikutnya adalah ia akan memiliki sifat dan sikap terpuji seperti sabar, syukur, tawakkal, pemaaf, tawadlu dan sebagainya. Ia juga akan malu kepada Allah Swt utk melakukan perbuatan yang dilarang-Nya. Bersemangat dan sungguh-sungguh dalam menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu Islam. Kemudian ia juga akan senantiasa bekerja keras dan tekun untuk memenuhi keperluan hidup dirinya, keluarganya dan dalam rangka membantu orang lain serta berusaha untuk tidak membebani dan menyulitkan orang lain.

Indikator takwa yang lain adalah ia akan konsekuen meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah Swt, terutama dosa-dosa besar, seperti syirik, riba, judi, zina, khamr, korupsi, membunuh orang, bunuh diri, bertengkar, menyakiti orang lain, khurafat, bid'ah dan sebagainya. Dia juga akan gemar melakukan ibadah wajib, sunat dan amal shalih lainnya serta berusaha meninggalkan perbuatan yang makruh dan tidak bermanfaat. Aktif berkiprah dalam memperjuangkan, menda'wahkan Islam dan istiqamah serta sungguh-sungguh dalam melaksanakan amar ma'ruf dengan cara yang ma'ruf, melaksanakan nahi munkar tidak dengan cara munkar.

Artinya ia akan memiliki komitmen yang total untuk mentaati Allah Swt dan tunduk kepada-Nya, bukan saja selama puasa Ramadhan, melainkan kapan saja dan di mana saja ia berada. Puasa Ramadhan tidak akan bermakna jika pasca Ramadhan seseorang tidak menyadari identitas kehambaanya kepada Allah Swt. Tuntunan syetan kembali diagungkan. Merebut harta haram(KKN) dan kemaksiatan menjadi kebiasaannya sehari-hari.

Selain itu, orang-orang yang bertakwa akan cepat melakukan taubat apabila terlanjur melakukan kesalahan dan dosa, tidak membiasakan diri proaktif dengan perbuatan dosa, tidak mempertontonkan dosa dan tidak betah dalam setiap aktivitas berdosa. Sungguh-sungguh memanfaatkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk melakukan berbagai transformasi sosial serta menolong orang lain dan menegakkan "Izzul Islam wal Muslimin" atau kejayaan Islam dan kaum Muslimin.

Untuk meraih predikat takwa diperlukan proses yang berkelanjutan, tidak hanya memada dengan puasa ramadhan. Takwa dibentuk melalui proses pembinaan yang kontinu/berkelanjutan menuju ke tingkat ketakwaan yang tinggi yaitu takwa khawwash al-khawwash. Secara rinci, pembentukan karakter takwa, selain puasa Ramadhan juga dapat direalisasikan melalui upaya-upaya relegius sebagai berikut: seperti, membaca Alquran, mengkaji dan merenungi maknanya (khususnya yang dengan ancaman Allah bagi orang-orang yang berbuat maksiat), serta melaksanakan isi kandungannya(tidak memada semata hanya belajar dan mengajarinya). Kemudian puasa, baik puasa wajib (ramadhan) maupun yang sunat.

Read More......

Jumat, 17 Agustus 2012

BNP2TKI: Pasar Kerja Perawat di Mancanegara Potensial




Metrotvnews.com, Medan: Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Mohammad Jumhur Hidayat menyatakan pasar kerja perawat di mancanegara sangat potensial. "Tinggal kesiapan suplai dari dalam negeri untuk mengisi kebutuhan pasar kerja perawat di luar negeri," kata Jumhur di Medan, Sumatra Utara, Ahad (29/7), dalam rangkaian hari ke-6 Safari Ramadan BNP2TKI V 24 Juli-3 Agustus 2012 ke Sumut, NAD, Riau, dan Kepri.

Ia menyebutkan sejak 2008 pemerintah RI dan Jepang bekerja sama dalam penempatan TKI perawat untuk memenuhi kebutuhan 1.000 perawat pasien dan jompo di negeri Matahari Terbit itu. Sejak 2008-2012, BNP2TKI telah menempatkan 892 perawat ke Jepang, terdiri atas 392 perawat pasien (nurse) dan 500 perawat jompo (careworker).

Kualitas perawat asal Indonesia lebih unggul dibanding asal Filipina yang bekerja di Jepang. Dalam hasil ujian nasional yang diumumkan pemerintah Jepang pada 26 Maret lalu, setelah bekerja minimal satu tahun di negeri itu, TKI perawat yang lulus sebanyak 69 orang terdiri atas 34 "nurse/kangoshi" dan 35 "careworker/kaigofukushishi",  sedangkan asal Filipina yang lulus hanya 13 orang.

Sebelumnya, dalam dua tahun berturut-turut Indonesia juga mengalahkan Filipina. Pada 2010, perawat asal Indonesia yang lulus ujian nasional dua orang, sedangkan asal Filipina satu orang. Pada tahun 2011, perawat asal Indonesia yang lulus sebanyak 15 orang, sedangkan asal Filipina satu orang.

Penempatan TKI perawat ke Jepang merupakan program kerja sama antar pemerintah (G to G) melalui program Indonesia-Jepang Economic Partnership (IJEPA) yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Jepang saat itu Shinzo Abe di Tokyo pada November 2006.

BNP2TKI atas nama pemerintah Indonesia menindaklanjuti nota kesepahaman itu dengan Japan International Corporation of Welfare Services (JICWELS) yang mewakili pemerintah Jepang, di Jakarta, Mei 2008. Melalui penandatanganan nota kesepahaman itu, BNP2TKI diminta menyiapkan 1.000 perawat yang akan dipekerjakan di Jepang. Setelah 1.000 perawat terpenuhi, lanjut dia, akan dilakukan upaya kerja sama yang baru untuk kesinambungan penempatan TKI perawat ke Jepang.

Sementara negara-negara di kawasan Timur Tengah juga sangat membutuhkan banyak TKI perawat asal Indonesia. Kuwait membutuhkan sedikitnya 300 perawat dari hasil pertemuan bisnis dua pekan lalu. Jumhur menambahkan, saat ini, Jerman sedang membutuhkan sekitar 7.000 tenaga kerja perawat.

Timor Leste juga sedang dalam kerja sama penempatan TKI bidan ke negeri bekas wilayah Negara Kesatuan RI itu. Kerja sama itu sudah berjalan dua tahun dengan penempatan sejumlah bidan asal Indonesia.(Ant/BEY

Read More......

Kamis, 16 Agustus 2012

KTT Mekah Negara-Negara Islam Jangan Hanya Teori


Oleh ABU GHOZZAH - Rab Agu 15, 4:59 am


Pertemuan Puncak Negara-Negara OKI di Mekah
al-ikhwan.net - Wakil Ketua Gerakan Islam di wilayah Palestina jajahan tahun 1948, Syekh Kamal Al-Khateb meminta kepada KTT istimewa Islam di Makkah yang memulai agendanya hari ini Selasa untuk mengambil sikap tidak biasa terkait dengan Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha di tengah makin ganasnya kejahatan-kejahatan Israel.
Dalam pernyataannya kepada Quds Press Al-Khateeb menegaskan, KTT ini sangat istimewa dari sisi timing dan tempatnya karena digelar di Makkah dekat Masjidil Haram sehingga semakin sacral dan digelar di bulan Ramadhan terutama di malam-malam kemungkinan Lailatul Qadar yakni 27 Ramadhan. Nuansa sacral ini diharapkan akan menciptakan kondisi tidak biasa dengan mengeluarkan keputusan-keputusan yang berbeda dengan sebelumnya.
Sementara Aziz Duwaik, Ketua Parlemen Palestina menuntut para pemimpin Arab dan dunia Islam yang bertemu dalam KTT Makkah agar beralih ke wilayah kerja positif dan sampai kepada level strategi Israel yang mengincar Al-Quds dan Masjidil Aqsha.
Dalam keterangannya kepada Quds Press, Duwaik menyebutkan pentingnya para pimpinan Arab beralih dari wilayah teoritis ke wilayah kerja positif, sehingga dunia memandang Arab dan kaum muslimin dengan pandangan yang tidak merendahkan. Seharusnya KTT seiring dengan tuntutan bangsa-bangsa yang menginginkan kerja positif yang bisa mengubah keseimbangan, sehingga Israel tahu bahwa umat ini beserta pimpinannya mampu menunaikan tanggung jawab.
Mufti Al-Azhar Dr. Ahmad Thayib menuntut para pemimpin dunia Islam yang bertemu dalam KTT Islam, untuk mencabut inisiatif Arab, sebagai balasan atas pelanggaran Israel terhadap Al-Quds dan Masjidil Aqsha.
Dalam rilis yang diterima Pusat Informasi Palestina, Syeikh Al-Azhar menyatakan, oleh karena agama adalah nasehat, makan Al-Azhar mengungkapkan nurani umat dan perasaan mereka dalam kondisi saat ini. Dengan jujur dan terus terang kami sampaikan kepada para pemimpin kaum muslimin bahwa semua krisis dan persoalan bersumber kepada persoalan Palestina, yang akan tetap menjadi luka di tubuh umat, saat ini Palestina terancam bahaya, tempat sucinya berada dalam konspirasi, menjadi target yahudisasi dan pembasmian etnis Arab, tanah-tanahnya dicaplok dari segenap arah, demografi dan infrastrukturnya diubah, termasuk Masjidil Aqsha. Para petinggi Israel dengan arogan menyerukan untuk membagi Masjidil Aqsha antara Arab dan Yahudi, seperti yang mereka lakukan di Masjid Ibrahimi Hebron.
KTT Luar Biasa OKI digelar pada hari Selasa dan Rabu, 14-15 agustus 2012 di Qashr Shafa depan Masjidil Haram. KTT ini untuk merespon beberapa isu utama yang dihadapi negara-negara dan umat Islam dewasa ini yaitu situasi di Suriah, di Palestina. Situasi terakhir Muslim Rohingya dan situasi di Mali.
Umat menunggu sikap berani KTT Makkah terhadap persoalan Al-Quds, krisis Suriah dan pembantaian terhadap kaum muslimin di Burma. (qm)

Read More......

Minggu, 12 Agustus 2012


Fiqh I’tikaf

Oleh ADMIN - Kam Agu 09, 3:08 am
I'tikaf Asyrul Awakhir
al-ikhwan.net - Dalam tinjauan bahasa Arab, al-i’tikaf bermakna al-ihtibas (tertahan) dan al-muqam(menetap)[1].
Sedangkan definisinya menurut para fuqaha adalah:
الْمُكْثُ فِي الْمَسْجِدِ بِنِيَّةِ القُرْبَةِ
Menetap di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.[2]
Atau:
لُزُومُ الْمَسْجِدِ لِطَاعَةِ اللهِ وَالاِنْقِطَاعِ لِعِبَادَتِهِ، وَالتَّفَرُّغِ مِنْ شَوَاغِلِ الْحَيَاةِ
Menetap di masjid untuk taat dan melaksanakan ibadah kepada Allah saja, serta meninggalkan berbagai kesibukan dunia.[3]
Hukum dan Dalil Disyariatkannya I’tikaf
Hukumnya sunnah, dan sunnah muakkadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan.[4] I’tikaf menjadi wajib jika seseorang telah bernadzar untuk melakukannya.
Dalil-dalilnya:
وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”. (Al-Baqarah (2): 125).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra ia berkata: Nabi Muhammad saw selalu i’tikaf setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Dan pada tahun wafatnya, beliau i’tikaf selama dua puluh hari. (HR. Bukhari).
قَوْلُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ [رواه البخاري ومسلم]
Aisyah ra berkata: Rasulullah saw melakukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) sampai Allah mewafatkan beliau. Kemudian para istrinya melakukan i’tikaf sepeninggal beliau. (HR. Bukhari dan Muslim)
Para ulama sepakat bahwa i’tikaf seorang istri harus seizin suaminya.
Tujuan dan Manfaat I’tikaf
Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa tujuan disyariatkannya i’tikaf adalah agar hati terfokus kepada Allah saja, terputus dari berbagai kesibukan kepada selain-Nya, sehingga yang mendominasi hati hanyalah cinta kepada Allah, berdzikir kepada-Nya, semangat menggapai kemuliaan ukhrawi dan ketenangan hati sepenuhnya hanya bersama Allah swt. Tentunya tujuan ini akan lebih mudah dicapai ketika seorang hamba melakukannya dalam keadaan berpuasa, oleh karena itu i’tikaf sangat dianjurkan pada bulan Ramadhan khususnya di sepuluh hari terakhir.[5]
Adapun manfaat i’tikaf di antaranya adalah:
  1. Terbiasa melakukan shalat lima waktu berjamaah tepat waktu.
  2. Terlatih meninggalkan kesibukan dunia demi memenuhi panggilan Allah.
  3. Terlatih untuk meninggalkan kesenangan jasmani sehingga hati bertambah khusyu’ dalam beribadah kepada Allah swt.
  4. Terbiasa meluangkan waktu untuk berdoa, membaca Al-Quran, berdzikir, qiyamullail, dan ibadah lainnya dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
  5. Terlatih meninggalkan hal-hal yang tidak berguna bagi penghambaannya kepada Allah swt.
  6. Memperbesar kemungkinan meraih lailatul qadar.
  7. Waktu i’tikaf adalah waktu yang tepat untuk melakukan muhasabah dan bertaubat kepada Allah swt.
Rukun I’tikaf
Rukun i’tikaf ada empat[6] :
  1. Mu’takif (orang yang beri’tikaf) ((المُعْتَكِفُ
  2. Niat (النِّيَّة)ُ
  3. Menetap (اللُّبْثُ). Tidak ada batasan minimal yang disebutkan oleh Al-Quran maupun Hadits tentang lamanya menetap di masjid. Namun untuk i’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan waktu i’tikaf yang ideal dimulai pada saat maghrib malam ke-21 sampai maghrib malam takbiran.
  4. Tempat i’tikaf (المُعْتَكَفُ فِيهِ)
Syarat I’tikaf
  1. Syarat yang terkait dengan mu’takif : beragama Islam, berakal sehat, mampu membedakan perbuatan baik dan buruk (mumayyiz), suci dari hadats besar (tidak junub, haid, atau nifas).
  2. Syarat yang terkait dengan tempat i’tikaf : masjid yang dilakukan shalat Jumat dan shalat berjamaah lima waktu di dalamnya agar mu’takif tidak keluar dari tempat i’tikafnya untuk keperluan tersebut.

Yang Membatalkan I’tikaf
  1. Kehilangan salah satu syarat i’tikaf yang terkait dengan mu’takif.
  2. Berhubungan suami istri sebagaimana firman Allah swt:
    وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
    Janganlah kamu campuri mereka (istri-istrimu) itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. (Al-Baqarah (2): 187)
  3. Keluar dengan seluruh badan dari tempat i’tikaf, kecuali untuk memenuhi hajat (makan, minum, dan buang air jika tidak dapat dilakukan di lingkungan masjid).Mengeluarkan sebagian anggota badan dari tempat i’tikaf tidak membatalkan i’tikaf sesuai dengan ungkapan ‘Aisyah ra:
    كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُخْرِجُ رَأْسَهُ مِنَ الْمَسْجِدِ وَهُوَ مُعْتَكِفٌ فَأَغْسِلُهُ وَأَنَا حَائِضٌ
    Nabi Muhammad saw mengeluarkan kepalanya dari masjid (ke ruangan rumahnya) saat beliau i’tikaf lalu aku mencucinya sedang aku dalam keadaan haid. (HR. Bukhari).
Adab atau hal yang harus diperhatikan oleh Mu’takif
  1. Selalu menghadirkan keagungan Allah di dalam hati sehingga niatnya terus terjaga.
  2. Menyibukkan diri dengan amal yang dapat mencapai tujuan i’tikaf.
  3. Bersahaja dan tidak berlebihan dalam melakukan perbuatan mubah seperti makan, minum, berbicara, tidur dan hal-hal lain yang biasa dilakukan di luar masjid.
  4. Menjauhi amal perbuatan yang dapat merusak tujuan i’tikaf seperti pembicaraan tentang materi (jual beli, kekayaan dan lain-lain).
  5. Memelihara kebersihan diri dan tempat i’tikaf serta menjaga ketertiban dan keteraturan dalam segala hal.
  6. Tidak melalaikan kewajiban yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya, seperti nafkah untuk keluarga, menolong orang yang terancam keselamatannya, dan lain-lain. Wallahu’alam
Catatan Kaki:
[1] At-Ta’rifat karya ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali Asy-Syarif Al-Husaini Al-Jurjani atau sering disebut dengan Al-Jurjani.
[2] Mu’jam Lughah Al-Fuqaha karya Muhammad Rawwas Qal’ah Ji 1/76.
[3] http://syrcafe.com/vb/t14459.html
[4] Sunnah muakkadah ialah sunnah yang sangat dianjurkan karena hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah saw.
[5] Zadul Ma’ad 2/82.
[6] Raudhah At-Thalibin wa ‘Umdah Al-Muftin karya Imam An-Nawawi: 1/281.

Read More......

Sabtu, 11 Agustus 2012

Read More......